Minat masyarakat Indonesia terhadap investasi Obligasi ORI atau ritel di tahun 2025 mengalami peningkatan signifikan. Hal ini sejalan dengan tren kebutuhan masyarakat akan instrumen investasi yang aman dan mudah diakses secara digital.
ORI menawarkan solusi investasi dengan return bulanan, tingkat risiko rendah, serta jaminan pembayaran dari negara.
Kini, dengan kemudahan pembelian online dan promosi masif dari pemerintah maupun mitra distribusi, ORI menjadi primadona di kalangan investor pemula hingga profesional.
Tren Obligasi ORI di Tahun 2025
Berikut ini rangkuman faktor kunci tren ORI di tahun 2025 yang sebaiknya Anda pahami sebelum melakukan investasi:
● Performa ORI Tahun Sebelumnya
Melihat data dari Kementerian Keuangan RI, performa ORI dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan daya tarik tersendiri bagi investor.
Pada tahun 2024, misalnya, seri ORI025-T3 menawarkan kupon sebesar 6,25% per tahun sedangkan ORI025-T6 sebesar 6,4% per tahun. Ini menjadi yang tertinggi selama 3 tahun terakhir.
Penjualan ORI selalu mencapai target pemerintah, bahkan mendominasi portofolio investor Indonesia lintas generasi. Generasi Milenial dan Gen Z mulai mendominasi jumlah investor ORI dengan porsi lebih dari 40% pada 2024 dan 2025.
Pada tahun 2025, seri ORI027 sudah lebih dahulu dipasarkan pada awal tahun, kemudian diikuti ORI028 pada 29 September-23 Oktober 2025 dengan kupon 5,35% hingga 5,65%.
Penawaran berlangsung selama 25 hari dan dipasarkan melalui lebih dari 30 mitra distribusi secara online.
● Pengaruh Suku Bunga dan Inflasi
Faktor eksternal yang sangat mempengaruhi tren ORI adalah perubahan suku bunga global dan inflasi nasional. Sepanjang semester II 2024 dan awal 2025, banyak analis memprediksi tren suku bunga Bank Indonesia mulai menurun.
Hal ini menyebabkan return ORI yang bersifat fixed rate menjadi makin menarik dibanding instrumen lain yang menyesuaikan bunga pasar, seperti Deposito dan sukuk berbunga mengambang.
Pada Oktober 2025, yield obligasi pemerintah acuan 10 tahun berada di sekitar level 6,10%, sedangkan kupon ORI028 tetap di kisaran 5,35%-5,65%.
Kondisi ini mendorong shifting dari Deposito ke Obligasi ORI bagi investor yang mengutamakan return tetap dan keamanan modal.
● Kebijakan Pemerintah & Arah Penerbitan SBN Ritel
Pemerintah Indonesia tetap konsisten dalam menggalakkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel sejak 2019 secara berkala.
Tujuannya memperluas basis investor domestik dan mendukung pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Pada 2025, Kementerian Keuangan menargetkan penerbitan semua seri SBN ritel, baik itu ORI, Sukuk Tabungan, Sukuk Negara Ritel, Savings Bond Ritel, secara terjadwal sepanjang tahun, mulai dari Januari hingga Desember.
Target pencapaian penerbitan SBN ritel tetap tinggi, mengingat kebutuhan pembiayaan APBN serta minat investor yang cenderung naik.
● Digitalisasi dan Kemudahan Pembelian
Salah satu kunci sukses meningkatnya minat investasi ORI di 2025 adalah digitalisasi melalui berbagai platform mitra distribusi online.
Investor kini bisa membeli ORI melalui aplikasi atau website bank dan sekuritas dengan proses verifikasi cepat. Adapun minimum investasi dimulai dari Rp1 juta hingga maksimal Rp5 miliar.
● Potensi Peningkatan Minat Investor Ritel
Peningkatan literasi keuangan serta edukasi oleh pemerintah dan mitra distribusi turut meningkatkan minat masyarakat akan ORI.
Efektivitas promosi digital, testimoni investor sukses, serta media sosial memperkuat penetrasi ORI ke generasi muda dan kelas menengah di daerah.
Dengan tren suku bunga yang cenderung turun dan stabilisasi ekonomi nasional, potensi minat investor ritel pada ORI 2025 diperkirakan makin meningkat, sehingga menjadikannya sebagai pilihan utama dalam alokasi portofolio.
Baca Juga: 7 Alasan Obligasi Pemerintah Cocok untuk Investasi Konservatif
Pertimbangan Sebelum Membeli ORI 2025
Meski prospeknya positif, membeli ORI tetap memerlukan pertimbangan matang agar sesuai dengan tujuan dan profil Anda.
1. Sesuaikan dengan Profil Risiko
Investasi pada ORI cocok bagi investor dengan profil risiko konservatif hingga moderat, mengingat tingkat risiko gagal bayar amat rendah karena dijamin penuh oleh negara.
Namun, investor tetap perlu mempertimbangkan apakah kebutuhan likuiditas dan tujuan investasi jangka menengah sesuai dengan tenor ORI yang umumnya 3 atau 6 tahun.
2. Bandingkan Imbal Hasil dengan Instrumen Lain
Sebelum membeli ORI, bandingkan kupon dan potensi imbal hasilnya dengan instrumen lain, seperti Deposito, Reksadana Pendapatan Tetap, atau Obligasi Korporasi.
Jika kupon ORI tahun 2025, misalnya ~6,7 %, maka apakah setelah dikurangi pajak dan mempertimbangkan likuiditas, Anda memperoleh imbal hasil yang cukup untuk Anda?
Ingat bahwa meski kupon tetap, potensi keuntungan tambahan bisa diperoleh jika Anda menjualnya di pasar sekunder, tentunya bergantung pada kondisi pasar saat itu.
3. Pahami Tenor dan Likuiditas ORI
ORI memiliki sifat tradable (bisa diperjualbelikan sebelum jatuh tempo di pasar sekunder), tetapi harga jualnya bisa berubah mengikuti harga pasar.
Minimum Holding Period (MHP) setiap seri biasanya berlangsung selama satu periode pembayaran kupon (sekitar sebulan). Setelah itu, investor bebas jual beli di pasar sekunder, namun tetap perlu memperhatikan risiko harga dan biaya transaksi.
4. Strategi Alokasi dalam Portofolio Investasi
Sebelum membeli Obligasi ORI, investor perlu memastikan strategi alokasi portofolio sudah sesuai kebutuhan.
ORI dapat menjadi pelengkap instrumen investasi lain, seperti Reksadana, saham, atau emas, khususnya untuk menjaga stabilitas cash flow dan proteksi modal pada masa volatilitas tinggi.
Pelajari tenor dan risikonya, lalu manfaatkan ORI sebagai sumber passive income bulanan yang stabil. Cara ini menjadi pilihan cerdas di tengah tren suku bunga rendah.
Inilah Platform Digital untuk Obligasi ORI
Tren investasi Obligasi Ritel (ORI) tahun 2025 menunjukkan arah positif dengan peningkatan minat masyarakat serta faktor pendukung dari pemerintah, digitalisasi, dan stabilitas ekonomi.
Investor perlu memperhatikan profil risiko, membandingkan imbal hasil dengan instrumen lain, serta memahami likuiditas dan tenor sebelum berinvestasi di ORI.
Dengan strategi alokasi portofolio yang tepat, ORI bisa menjadi pilihan utama instrumen investasi yang stabil dan menguntungkan. Sehingga dapat memaksimalkan passive income sekaligus menjaga proteksi modal di tahun 2025.
Bagi Anda yang ingin berinvestasi pada Obligasi Negara Ritel (ORI), andalkan perbankan prioritas DBS Treasures. Melalui ORI, Anda akan menerima kupon reguler yang dibayarkan secara berkala dan memberikan arus pendapatan tetap yang stabil.
Tak hanya itu, Anda juga memiliki potensi meraih capital gain jika menjual ORI di pasar sekunder pada waktu yang tepat.
Menariknya, tingkat kupon ORI tergolong kompetitif, bahkan berada di atas rata-rata bunga Deposito berjangka. Seluruh proses investasi pun semakin nyaman, tanpa biaya tambahan transaksi, dan dapat dilakukan kapan saja selama 24 jam penuh melalui Aplikasi DBS digibank.
Melalui aplikasi ini, Anda dapat membeli, menjual, switching bahkan proses registrasi SID (Single Investor Identification). Bisa juga dihubungkan dengan beragam pilihan Reksadana, baik dari Fund House atau Manajer Investasi, berdasarkan kategori produk atau Reksadananya.
Anda juga akan didukung tim ahli finansial yang mengomunikasikan analisis pasar terkurasi serta peluang terkini yang sudah disesuaikan dengan profil risiko dan kebutuhan portofolio Anda, dimotori Artificial Intelligence/Machine Learning (AI-ML). Insight tersebut dilengkapi solusi terkurasi terkait investasi (Grow) dan asuransi (Protect) sehingga Anda dapat cepat dan yakin berinvestasi melalui media sesuai preferensi.
Dengan dukungan layanan perbankan prioritas DBS Treasures, Anda dapat menikmati pengalaman investasi yang aman, fleksibel, dan berkelas.
Publikasi ini telah dikurasi oleh tim internal PT Bank DBS Indonesia (DBSI) dan didistribusikan oleh DBSI.
DBSI berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Publikasi ini bukan merupakan bagian dari penawaran, rekomendasi, atau ajakan kepada Anda untuk membeli atau melakukan transaksi apa pun sebagaimana dijelaskan, juga tidak ditujukan untuk mengundang atau mengizinkan pembuatan penawaran kepada publik untuk membeli atau melakukan transaksi apa pun untuk mendapatkan uang tunai atau imbalan lainnya dan tidak boleh dipandang seperti demikian.
Baca Juga:
Pahami SBN & Cara Pembeliannya
Obligasi Negara Pasar Perdana vs Pasar Sekunder
Ingin Jual Obligasi Pemerintah? Perhatikan 7 Hal Berikut
