Jakarta, Oktober 2025 — Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25% ke kisaran 3,75%–4,00%.
Keputusan ini diambil setelah data terbaru menunjukkan adanya perlambatan di pasar tenaga kerja dan inflasi yang mulai menurun. Pemangkasan ini merupakan yang kedua kalinya dilakukan sepanjang 2025.
Meski inflasi masih relatif tinggi, pemangkasan tersebut menandai perubahan arah kebijakan The Fed yang mulai melonggar di tengah melemahnya pasar tenaga kerja.
Keputusan tersebut menjadi perhatian utama investor global, termasuk di Indonesia. Sebab, setiap langkah The Fed dapat memengaruhi arus modal internasional, nilai tukar, hingga prospek suku bunga domestik.
Kebijakan The Fed tak hanya mencerminkan kondisi ekonomi Amerika, tetapi juga menjadi acuan arah perekonomian dunia.
Alasan di Balik Penurunan Suku Bunga The Fed
Ekonomi Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang mulai melambat. Produk Domestik Bruto (PDB) naik 1,6% selama enam bulan pertama di tahun 2025, sedangkan laju pertumbuhanya melambat 2,4% dibanding tahun sebelumnya.
Kondisi ini menandakan aktivitas ekonomi yang mulai kehilangan momentum. Tingkat inflasi masih berada di atas target 2%, tetapi tanda-tanda penurunan harga mulai terlihat dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, aktivitas pasar tenaga kerja mulai menurun setelah beberapa tahun menunjukkan ketatnya perekrutan pascapandemi.
Perlambatan ekonomi dan melonggarnya pasar tenaga kerja inilah yang menjadi dasar bagi The Fed untuk menyesuaikan arah kebijakan moneternya. Melalui keputusan rapat terbaru, FOMC (Federal Open Market Committee) resmi mengambil langkah pemangkasan suku bunga.
“Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan dengan suara 10 banding 2 untuk menurunkan kisaran target suku bunga federal funds sebesar 0,25 persen menjadi 3,75%–4%,” ujar Ketua The Fed Jerome Powell, dikutip dari Bloomberg, Kamis (30/10/2025).
Selain itu, FOMC juga mengumumkan penghentian pengurangan kepemilikan surat utang pemerintah (Treasury Securities) dari neraca senilai US$6,6 triliun yang akan berlaku mulai 1 Desember 2025.
Langkah ini dipandang sebagai sinyal bahwa The Fed mulai beralih dari kebijakan kebijakan moneter yang ketat menuju pendekatan yang lebih adaptif, guna menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga.
Dampak Langkah The Fed Terhadap Inflasi dan Pasar Global
● Risiko Inflasi yang Mungkin Meningkat Kembali
Pelonggaran suku bunga berpotensi mendorong permintaan domestik dan konsumsi. Hal ini bisa menghidupkan kembali tekanan harga di sektor barang dan jasa.
Selain itu, kenaikan harga energi global dan ketidakpastian geopolitik dapat memperkuat risiko inflasi baru di Amerika Serikat maupun global.
Sejumlah analis memperingatkan bahwa jika tekanan biaya dari harga minyak, gas, dan pangan dunia meningkat, maka target inflasi 2% The Fed bisa kembali terancam, terutama pada kuartal pertama 2026.
● Reaksi Pasar Saham, Obligasi, dan Valuta Asing
Pasar keuangan AS merespons keputusan The Fed dengan kenaikan terbatas pada indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite. Sementara itu, yield obligasi jangka pendek turun, menandakan ekspektasi pelonggaran moneter lanjutan.
Dolar AS sempat melemah terhadap mata uang utama lainnya. Hal tersebut mencerminkan pandangan investor bahwa kebijakan ini akan membuka ruang bagi arus modal masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dengan turunnya imbal hasil global, aset dalam mata uang rupiah seperti obligasi pemerintah Indonesia, berpotensi kembali menarik bagi investor asing.
Baca Juga: Obligasi ORI vs Deposito: Mana yang Lebih Menguntungkan?
Implikasi bagi Investor di Indonesia
Bagi investor Indonesia, perubahan arah kebijakan ini membuka ruang untuk meninjau kembali strategi portofolio. Salah satu segmen yang paling cepat merespons dinamika global ini adalah pasar obligasi dan reksadana.
● Peluang di Pasar Obligasi dan Reksadana
Kebijakan pelonggaran suku bunga global umumnya diikuti oleh penurunan obligasi, namun membuka potensi capital gain bagi investor yang telah memegang instrumen tersebut.
Di tengah tren ini, obligasi dan reksadana dari perbankan prioritas DBS Treasures dapat menjadi pilihan strategis untuk Anda.
Anda dapat memanfaatkan kupon kompetitif dari obligasi yang tersedia, serta potensi imbal hasil dari reksadana pendapatan tetap. Semua transaksi kini bisa dilakukan 24/7 melalui aplikasi DBS digibank, sehingga memberikan kemudahan sekaligus fleksibilitas untuk menyesuaikan alokasi aset sesuai dinamika pasar.
Dengan strategi yang tepat, penurunan suku bunga dunia bisa menjadi peluang untuk memperkuat posisi portofolio Anda sekaligus menjaga stabilitas investasi jangka panjang.
● Diversifikasi untuk Mengurangi Risiko
Dalam kondisi pasar yang terus berubah, penting bagi investor untuk tidak menaruh seluruh dana pada satu jenis aset saja. Diversifikasi menjadi kunci dalam menjaga portofolio tetap tahan terhadap gejolak pasar.
Melalui dukungan tim ahli DBS Treasures, nasabah dapat memperoleh strategi alokasi aset yang sesuai dengan profil risiko dan kondisi pasar terkini. Pendekatan ini membantu investor menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan perlindungan modal dalam jangka panjang.
Apa yang Bisa Dipelajari dari Kebijakan The Fed?
Kebijakan moneter global memiliki dampak luas terhadap nilai investasi pribadi. Setiap perubahan arah suku bunga The Fed dapat memengaruhi harga aset di seluruh dunia, mulai dari saham, obligasi, hingga nilai tukar mata uang.
Sebagai investor yang bijak, Anda perlu meninjau ulang strategi portofolio setiap kali The Fed mengubah kebijakan. Langkah ini penting agar keputusan investasi tetap relevan dengan kondisi ekonomi terkini.
Dalam hal ini, DBS Treasures hadir untuk Anda dan berkomitmen memberikan insight berkualitas serta analisis mendalam untuk membantu Anda mengambil keputusan investasi yang lebih cerdas, terukur, dan sesuai tujuan keuangan jangka panjang.
Mencari Keseimbangan Antara Pertumbuhan dan Stabilitas
Pemangkasan suku bunga oleh The Fed menandai langkah penting dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi. Kebijakan ini diambil untuk menopang pasar tenaga kerja yang mulai melemah, namun tetap dengan kehati-hatian agar lonjakan inflasi tidak terulang.
Dalam situasi global yang terus berubah, kemampuan untuk menyesuaikan strategi investasi menjadi kunci menjaga nilai portofolio Anda. Di tengah dinamika kebijakan moneter dunia, perbankan prioritas DBS Treasures hadir sebagai mitra keuangan tepercaya bagi Anda untuk berinvestasi dengan aman, cerdas, dan berkelanjutan.
Didukung oleh Manajer Investasi berpengalaman dan strategi berbasis pertumbuhan, ketahanan, serta ketenangan finansial jangka panjang, perbankan prioritas DBS Treasures membantu Anda menghadapi perubahan pasar dengan percaya diri.
Tak hanya itu, Anda juga dapat melakukan transaksi, pemantauan portofolio, hingga switching antar produk Obligasi dan Reksadana dengan mudah kapan saja melalui Aplikasi DBS digibank.
Pendekatan investasi (Grow) dan perlindungan (Protect) yang ditawarkan perbankan prioritas DBS Treasures juga memastikan portofolio Anda dapat terus tumbuh sekaligus terlindungi dari ketidakpastian pasar.
Mulailah langkah Anda bersama perbankan prioritas DBS Treasures karena perubahan suku bunga global tak hanya butuh strategi, tetapi juga mitra finansial tepercaya yang mampu mengubah dinamika pasar menjadi peluang jangka panjang.
Temukan solusi investasi yang sesuai dengan Anda di laman perbankan Prioritas DBS Treasure!
Publikasi ini telah dikurasi oleh tim internal PT Bank DBS Indonesia (DBSI) dan didistribusikan oleh DBSI.
DBSI berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Publikasi ini bukan merupakan bagian dari penawaran, rekomendasi, atau ajakan kepada Anda untuk membeli atau melakukan transaksi apa pun sebagaimana dijelaskan, juga tidak ditujukan untuk mengundang atau mengizinkan pembuatan penawaran kepada publik untuk membeli atau melakukan transaksi apa pun untuk mendapatkan uang tunai atau imbalan lainnya dan tidak boleh dipandang seperti demikian.
Baca Juga:
Free Float 40% dan Arah Baru Pasar Modal: Dari Likuiditas ke Ketahanan
BI Rate: Makna dan Dampaknya bagi Obligasi Pemerintah
Value Investing: Salah Satu Strategi Investasi dari Charlie Munger
