- Mudah Tergoda oleh Program Penjualan yang Menarik
- Senang Mencari Kepuasan Instan
- Membeli Barang Tanpa Berpikir Dua Kali
- Tidak Ingin Ketinggalan Tren
- Menggunakan Alasan Self-Reward
- Window Shopping sebagai Pelampiasan Stres
Faktor Pemicu Pembelian Impulsif
Tips Supaya Gaji Nggak Cuma Habis untuk Impulsive Buying
- Buat Anggaran
- Tentukan Prioritas
- Tunda Keputusan Pembelian
- Buat Daftar Belanja
- Evaluasi Pengeluaran
- Tetapkan Target Keuangan: Investasi dan Menabung
Investasi Deposito bareng Aplikasi digibank by DBS
Poin penting
- Ciri-ciri pembelia impulsif: Takut ketinggalan tren, tanpa pikir panjang, mudah tergoda promosi, mencari kepuasan instan.
- Faktor pemicu pembelian impulsif: Pembelian impulsif dipicu oleh faktor kepribadian, strategi pemasaran, jenis produk, serta pengaruh budaya dan lingkungan, yang membuat seseorang belanja tanpa pertimbangan matang.
- Dampak pembelian impulsif: Dampak pembelian impulsif dapat mencakup pola hidup boros, gangguan kesehatan mental, dan kesulitan dalam mengelola keuangan pribadi.
- Tips menghindari pembelian impulsif: mengalokasikan gaji untuk tabungan dan investasi.
- Memilih aplikasi investasi terbaik: cerdik kelola gaji menggunakan investasi deposito di Aplikasi digibank by DBS yang memberi keuntungan suku bunga kompetitif, akses 24/7, dan notifikasi personal untuk memantau investasi secara real-time.
Mau memulai perjalanan investasimu dengan lebih percaya diri?
Mengatur keuangan pribadi seringkali diabaikan, terutama ketika gaji bulanan terasa cepat habis karena Sahabat digibank memiliki kebiasaan belanja impulsif. Saat dorongan untuk berbelanja muncul, penting untuk memiliki rencana yang tepat agar penghasilanmu tidak terbuang begitu saja. Dengan menerapkan langkah-langkah sederhana, seperti investasi deposito, kamu bisa mengubah pola pikir terhadap pengeluaran, memprioritaskan kebutuhan utama, dan membentuk kebiasaan belanja yang lebih sehat.
Ciri-ciri Pembelian Impulsif
Pembelian impulsif adalah kebiasaan belanja spontan yang sering kali tidak disadari, terutama saat tergoda promosi menarik atau produk baru. Berikut beberapa tanda utama pembelian impulsif yang bisa membuat pengeluaran cepat membengkak:
1. Mudah Tergoda oleh Program Penjualan yang Menarik
Ketika ada tawaran "diskon 50% hanya hari ini," keinginan untuk membeli semakin kuat, meskipun barang tersebut sebenarnya tidak benar-benar dibutuhkan. Promo yang menggoda sering kali menjadi alasan utama seseorang melakukan pembelian impulsif.
2. Senang Mencari Kepuasan Instan
Pembelian impulsif kerap didasari oleh keinginan untuk mendapatkan kepuasan secara instan. Barang yang dibeli biasanya memberikan rasa puas dengan cepat, namun hanya berlangsung sementara. Tanpa adanya perencanaan yang matang, dorongan untuk merasakan kepuasan sesaat ini bisa menjadi kebiasaan yang sulit dihindari.
3. Membeli Barang Tanpa Berpikir Dua Kali
Orang yang cenderung membeli secara impulsif sering kali tidak memikirkan keputusan belanja secara matang. Alih-alih menimbang manfaat dan kegunaan barang tersebut, pembeli impulsif langsung mengambil keputusan untuk membeli. Kamu jarang mempertimbangkan apakah barang yang dibeli benar-benar dibutuhkan atau tidak.
4. Tidak Ingin Ketinggalan Tren
Tren ini sering kali membuat orang tergoda membeli sesuatu hanya karena popularitasnya, bukan karena fungsionalitas atau kebutuhan pribadi. Satu tren yang baik untuk kamu ikuti adalah investasi agar keuangan lebih produktif, misalnya deposito. Deposito adalah instrumen investasi yang relatif aman dengan tingkat bunga tetap, sehingga kamu bisa lebih mudah mengontrol pengeluaran dan mengalokasikan dana jadi lebih bermanfaat.
5. Menggunakan Alasan Self-Reward
Setelah melalui minggu yang melelahkan atau menyelesaikan suatu tugas besar, banyak orang merasa pantas untuk membeli sesuatu sebagai hadiah bagi diri sendiri. Meskipun self-reward bisa menjadi cara yang sehat untuk menghargai pencapaian, namun jika dilakukan secara berlebihan tanpa perencanaan, hal ini bisa menjadi kebiasaan yang merugikan keuangan.
6. Window Shopping sebagai Pelampiasan Stres
Meskipun niat awalnya hanya untuk melihat-lihat, sering kali hal ini berakhir dengan membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Window shopping yang menjadi pelarian dari stres bisa menjadi salah satu pemicu utama terjadinya pembelian impulsif.
Baca Juga: Perombakan Finansial Usia 30an: Dari Menabung ke Investasi
Faktor Pemicu Pembelian Impulsif
Beragam faktor dapat memengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan pembelian impulsif, seperti berikut ini.
1. Kepribadian
Orang yang lebih ekstrovert, misalnya, cenderung lebih mudah terdorong untuk membeli sesuatu secara spontan, terutama ketika sedang berada di tempat ramai atau saat ada promosi menarik. Sebaliknya, individu dengan tipe kepribadian yang lebih berhati-hati atau introvert mungkin akan lebih jarang melakukan pembelian impulsif karena cenderung mempertimbangkan dengan lebih matang setiap pengeluaran yang dilakukan.
2. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang kreatif dan persuasif juga berperan besar dalam memicu pembelian impulsif. Diskon besar, penawaran terbatas, atau produk yang dijual dengan kata-kata yang menarik dapat mendorong calon pembeli untuk langsung melakukan transaksi, misalnya, promosi "beli satu gratis satu". Kamu perlu menyisihkan sebagian pendapatan ke dalam instrumen yang lebih aman seperti investasi deposito, agar pengeluaran tetap terkendali.
3. Jenis Produk
Barang-barang seperti pakaian, aksesoris, produk kecantikan, makanan ringan, dan gadget adalah contoh produk yang sering kali mendorong orang untuk melakukan pembelian tanpa perencanaan. Produk dengan harga terjangkau atau yang sering dijual dengan promosi adalah yang paling sering memicu pembelian impulsif, kamu merasa risikonya rendah atau merasa bahwa produk tersebut akan habis jika tidak segera dibeli.
4. Geografi dan Aspek Budaya
Di daerah perkotaan dengan pusat perbelanjaan yang mudah diakses, masyarakat cenderung lebih sering melakukan pembelian impulsif akibat terpapar berbagai macam iklan dan promosi. Selain itu, budaya lokal atau kebiasaan sosial juga berperan; di beberapa budaya, belanja sering kali dianggap sebagai kegiatan sosial atau cara untuk menunjukkan status, sehingga pembelian impulsif lebih umum terjadi.
Dampak Pembelian Impulsif
Meskipun terasa menyenangkan di awal, kebiasaan ini bisa mendatangkan berbagai dampak negatif yang memengaruhi kondisi finansial dan bahkan kesehatan. Berikut ini dampak pembelian impulsif yang perlu kamu waspadai.
1. Pola Hidup Boros
Belanja impulsif cenderung memicu pola hidup boros karena uang habis untuk kebutuhan yang tidak penting. Tanpa disadari, pengeluaran membengkak, dan kebiasaan ini sulit dihentikan. Menyisihkan sebagian dana ke instrumen investasi yang lebih stabil dan aman. Deposito adalah salah satu contoh investasi yang cocok untuk menabung secara konsisten dan menjaga dana tetap aman dari godaan belanja impulsif.
2. Gangguan Kesehatan
Pembelian impulsif sering menimbulkan penyesalan, stres, dan rasa bersalah, yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan mental dan fisik. Kebiasaan ini bisa memperparah stres yang justru menjadi alasan awal untuk berbelanja impulsif.
3. Sulit Mengelola Keuangan
Kebiasaan ini mengganggu pengelolaan keuangan karena dana lebih banyak dihabiskan untuk barang tidak penting, sehingga sulit menabung atau memiliki dana darurat. Akibatnya, ketika ada kebutuhan mendesak, kamu bisa mengalami kesulitan finansial.
Tips Supaya Gaji Nggak Cuma Habis untuk Impulsive Buying
Melalui beberapa langkah sederhana, kamu bisa mengontrol pengeluaran dan memaksimalkan penggunaan gaji. Berikut ini tips-nya.
1. Buat Anggaran
Pisahkan dana untuk kebutuhan pokok, transportasi, hiburan, dan tabungan. Dengan anggaran yang jelas, kamu bisa membatasi pengeluaran untuk hal-hal yang tidak penting dan memastikan kebutuhan utama terpenuhi lebih dulu.
2. Tentukan Prioritas
Tentukan pengeluaran apa saja yang menjadi prioritas, baik itu kebutuhan sehari-hari maupun dana darurat. Dengan fokus pada prioritas, kamu akan lebih mudah menolak keinginan membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Prioritas ini juga membantu menjaga agar uang tidak habis hanya untuk keinginan sesaat.
3. Tunda Keputusan Pembelian
Beri waktu beberapa hari untuk berpikir apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya sekadar keinginan sementara. Jika setelah beberapa waktu masih merasa butuh, kamu bisa pertimbangkan untuk membelinya, tetapi tetap dengan perhitungan matang.
4. Buat Daftar Belanja
Sebelum pergi berbelanja, buatlah daftar barang yang diperlukan dan fokus pada daftar tersebut. Daftar belanja membantu menghindari godaan untuk membeli barang-barang tambahan yang sebenarnya tidak penting. Kamu akan lebih disiplin dalam berbelanja dan bisa menghindari pengeluaran yang tidak perlu.
5. Evaluasi Pengeluaran
Setiap akhir bulan, lakukan evaluasi pengeluaran untuk melihat apakah ada pos-pos yang bisa dikurangi. Evaluasi ini membantu kamu melihat di mana pengeluaran yang bisa ditekan atau disesuaikan di bulan berikutnya. Selain itu, evaluasi ini juga akan memberi gambaran lebih jelas tentang kebiasaan belanja yang perlu diperbaiki.
6. Tetapkan Target Keuangan: Investasi dan Menabung
Menetapkan target keuangan seperti tabungan atau investasi dapat membantu mengontrol pengeluaran. Salah satu opsi investasi yang bisa kamu coba adalah investasi deposito. Manfaatkan layanan autodebet untuk tabungan dan investasi agar uang gaji tidak terkuras akibat kebiasaan belanja impulsif.
Investasi Deposito bareng Aplikasi digibank by DBS
Hindari pembelian impulsif untuk menjaga keuangan tetap sehat dan alokasikan dana secara cerdas dengan investasi deposito di Aplikasi digibank by DBS. Pilih dari lebih dari 150 produk investasi, termasuk obligasi mulai Rp1 juta dan reksa dana mulai Rp100 ribu, yang bisa dibeli, dijual, atau dialihkan dengan mudah dalam satu aplikasi.
Manfaatkan fitur Alert Notifikasi untuk pembaruan portofolio dan diskusikan strategi investasi bersama digibank Advisor. Perluas wawasan melalui Wealth 101 atau ikuti kelas Live & Learn untuk panduan dan tips investasi langsung dari pakar.
Navigasi masa depanmu dengan cerdas bersama investasi digibank by DBS.
Baca Juga:
Mau Dapat Passive Income dari Deposito? Perhatikan Hal Ini
Cara Maksimalkan Untung: Strategi Lump Sum di Reksadana
Mau Cuan Lebih Banyak? Coba 6 Investasi Ini