Batavia Dana Kas Maxima
Kinerja Batavia Dana Kas Maxima pada kuartal I tahun 2025 sebesar 1,12%, lebih besar dari kinerja tolok ukur 0,77%, dengan selisih 0,35%.
Kondisi likuiditas dalam sistem perbankan tetap berada dalam tren yang ketat, sebagaimana tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang meningkat dari 88,00% menjadi 89,00% pada kuartal IV tahun 2024.
Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25% pada Januari 2025. Pengetatan likuiditas menjelang Hari Raya Idul Fitri menekan suku bunga deposito sejumlah bank dan imbal hasil obligasi pasar uang meningkat pada akhir kuartal I tahun 2025.
Bank Indonesia masih akan melanjutkan kebijakan moneter yang pro pertumbuhan dengan tetap menjaga stabilitas Rupiah.
Batavia Dana Likuid
Kinerja Batavia Dana Likuid pada kuartal I tahun 2025 sebesar 0,88%, lebih besar dari kinerja tolok ukur 0,77%, dengan selisih 0,11%.
Pada kuartal I tahun 2025, beberapa bank, khususnya yang termasuk dalam kategori KBMI 2 (Klasifikasi Bank Berdasarkan Modal Inti), masih terus menaikkan tingkat bunga deposito. Hal ini terjadi akibat kondisi likuiditas dalam sistem perbankan yang semakin mengetat, terutama menjelang hari raya Ramadhan.
Batavia Dana Saham
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami volatilitas yang tinggi pada kuartal pertama tahun 2025 yang disebabkan oleh ketidakpastian di pasar terkait kebijakan domestik maupun global. Kebijakan kenaikan tarif impor oleh Presiden Trump menjadi faktor utama dari sisi global, sementara dari sisi dalam negeri, ketidakpastian APBN, pelemahan Rupiah dan isu Danantara telah membuat investor asing mengurangi kepemilikan pada pasar saham Indonesia.
Kinerja Batavia Dana Saham pada kuartal I tahun 2025 sebesar -12,59%%, lebih rendah dari tolok ukurnya Indeks Harga Saham Gabungan (“IHSG”) -8,04%, dengan selisih -4,55%.
Sektor teknologi, consumer cyclical, dan consumer non-cyclical menjadi penyumbang utama terhadap kinerja negatif BDS pada kuartal pertama tahun 2025.
Zero exposure pada salah satu saham teknologi menghasilkan alpha negatif untuk sektor teknologi.
Posisi overweight pada consumer cyclical serta rekomendasi bottom-up stocks call kami, turut berkontribusi pada alpha negatif di kuartal I tahun 2025.
Selain itu, posisi overweight pada sektor consumer non-cyclical bersama dengan rekomendasi bottom-up stocks call oleh BPAM juga memberikan dampak alpha negatif pada kuartal I tahun 2025.
Batavia Dana Saham Optimal
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami volatilitas yang tinggi pada kuartal pertama tahun 2025 yang disebabkan oleh ketidakpastian di pasar terkait kebijakan domestik maupun global. Kebijakan kenaikan tarif impor oleh Presiden Trump menjadi faktor utama dari sisi global, sementara dari sisi dalam negeri, ketidakpastian APBN, pelemahan Rupiah dan isu Danantara telah membuat investor asing mengurangi kepemilikan pada pasar saham Indonesia.
BDSO mencatatkan return sebesar -13,16% pada kuartal pertama tahun 2025, di bawah tolok ukur IHSG yang membukukan kinerja sebesar -8,04% sehingga terdapat alpha negatif sebesar 5,12%.
Kontribusi alpha negatif berasal dari sektor teknologi yang didorong oleh salah 1 saham teknologi (tidak ada dalam portofolio) yang mengalami kenaikan signifikan sehingga memberikan kontribusi negatif dari faktor pemilihan saham. Selain itu, faktor keuangan juga memberikan kontribusi alpha negatif yang paling besar juga berasal dari efek pemilihan saham bank-bank menengah. Di sisi lain, kontribusi alpha positif berasal dari sektor infrastruktur yang disebabkan oleh efek pemilihan saham (tidak eksposur pada saham tertentu pada portofolio).
Batavia Global ESG Sharia Equity USD
Batavia Global ESG Sharia Equity USD berhasil membukukan kinerja sebesar -1,69% pada kuartal I tahun 2025, di bawah kinerja tolok ukur sebesar -1,04%, underperformed dari tolok ukur sebesar -0,65%.
Pemilihan saham di sektor consumer discretionary dan information technology menghasilkan alpha positif. Sebaliknya, alpha negatif dihasilkan oleh posisi underweight di sektor materials dan seleksi saham di sektor consumer staples.
Peningkatan risiko di pasar keuangan dengan adanya tarif membuat pendekatan di pasar saham menjadi lebih taktikal. Ketidakpastian tarif akan mempengaruhi komitmen investasi dan consumer spending, namun, penurunan harga saham secara umum membuka peluang seperti di Jepang yang didukung profit yang kuat, serta selective opportunities di pasar Eropa. Dalam jangka yang lebih panjang, Perusahaan di US juga masih akan menunjukkan penguatan didukung oleh aplikasi AI.
Batavia Technology Sharia Equity USD
Batavia Technology Sharia Equity USD berhasil membukukan kinerja sebesar -12,78% pada kuartal I tahun 2025, di bawah kinerja tolok ukur sebesar -9,00%, underperform dari tolok ukur sebesar -3,78%.
Kami memperkirakan volatilitas pasar ekuitas akan terus berlanjut dalam jangka pendek, namun tetap positif terhadap pertumbuhan sekuler di sektor Teknologi Informasi (TI) dalam jangka panjang. Pasar saat ini sedang menghadapi ketidakpastian makroekonomi dan kebijakan yang meningkat, yang diperburuk oleh diperkenalkannya kerangka kebijakan perdagangan global pemerintahan Trump pada 2 April 2025. Menurut pandangan kami, tarif yang meluas meningkatkan risiko perlambatan ekonomi, inflasi yang tinggi, dan gangguan rantai pasok. Namun, kami meyakini bahwa investasi di bidang Artificial Intelligent (AI) tetap menjadi keharusan strategis bagi semua sektor ekonomi, bahkan dalam kondisi ekonomi yang lebih beragam.
Batavia USD Balanced Asia
Kinerja Batavia USD Balanced Asia pada kuartal I tahun 2025 sebesar 0,63%, lebih tinggi dari kinerja tolok ukur 0,36%, dengan selisih positif alpha 0,27%.
Pasar obligasi USD Indonesia mencatatkan penguatan di kuartal I tahun 2025, seiring dengan membaiknya sentimen global terutama dari sisi US treasury yield yang bergerak turun seiring dengan melemahnya mata uang USD dan tren disinflasi yang terus berlanjut. Sementara itu, wacana tariff dari AS juga membuat kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi AS serta potensi pemotongan suku bunga semakin terbuka.
Kontribusi kinerja positif BUBA di kuartal I tahun 2025 datang dari portofolio INDON, di mana yield INDON10 tahun turun dari 5,45% di Desember 2024 menjadi 5,31% di Maret 2025. Sedangkan, kontributor negatif datang dari porsi saham yang tercatat terkoreksi sepanjang kuartal I tahun 2025.
Kendati level yield telah bergerak turun, kami melihat volatilitas pasar masih akan cukup tinggi, mengingat pengumuman tarif yang baru akan dilakukan di awal April. Kebijakan ini diperkirakan dapat membuat naiknya inflasi dalam jangka pendek, dan menurunkan pertumbuhan pada jangka menengah dan panjang. Dengan demikian, kami masih berhati-hati dalam melihat gejolak pasar dan masih memilih strategi pemilihan obligasi dengan durasi pendek untuk menghadapi potensi volatilitas yang ada.
Batavia India Sharia Equity USD
Kinerja Batavia India Sharia Equity USD pada Q1 2025 sebesar -18,17%, lebih rendah dari kinerja tolok ukur -2,64%, dengan alpha negatif sebesar -15,53%.
Saat ini, reksa dana berada pada posisi yang baik dalam beberapa tema, termasuk Transformasi Keuangan, Consumer Explosion dan Manufacturing Renaissance. Kami saat ini, melakukan overweight pada peluang yang terkait dengan permintaan domestik yang kuat, di mana kami telah memposisikan diri pada saham-saham perhiasan berkualitas, tema pariwisata, serta saham-saham konsumer lainnya. BISEU tidak memiliki eksposur terhadap sektor energi karena volatilitas harga minyak dan ketidakpastian kebijakan.
Temukan solusi investasi kami atau hubungi kami
Dapatkan analisis insight terkini, agar Anda dapat cepat berinvestasi (Grow) dan terproteksi (Protect) dengan solusi terkurasi khusus untuk Anda di sini.
Grow and Protect