Asia ex-japan: Ketahanan di Tengah Ketegangan Perdagangan Global
DBS iWealth12 Aug 2025
Article image
Read More

Poin Utama:

  • Friksi Perdagangan Global: Kebijakan tarif timbal balik AS menambah ketidakpastian, menekan pertumbuhan global.
  • Pertahanan Asia: Negara seperti India dan Indonesia dengan permintaan domestik yang kuat dan ruang kebijakan lebih luas dinilai lebih tangguh.
  • Respons Tiongkok: Pemerintah berkomitmen menstabilkan pendapatan, konsumsi, dan pasar keuangan di tengah ancaman tarif.
  • Pandangan Sektoral: Konsumsi pokok dinaikkan ke netral; sektor kesehatan diturunkan ke underweight.
  • Rekomendasi Geografis: Overweight India dan Indonesia; underweight Thailand; netral untuk Taiwan dan Korea Selatan.

 

Menavigasi Lanskap Perdagangan yang Berubah
Lonjakan tarif perdagangan global yang dipimpin oleh AS menciptakan badai ketidakpastian bagi Asia ex-japan (AxJ). Kebijakan ini menekan profitabilitas perusahaan dan kepercayaan konsumen, memicu pergerakan volatil investor.

Meskipun ada jeda tarif sementara antara AS dan Tiongkok selama 90 hari, ini hanya memberikan secercah harapan. Negara dengan pasar domestik besar dan ruang stimulus kebijakan seperti India dan Indonesia dinilai paling siap menghadapi tekanan eksternal. Negara-negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam perlu mempercepat reformasi dan pertumbuhan yang didorong konsumsi.

Tiongkok: Pemulihan dari Dalam Negeri
Setelah reli awal tahun karena optimisme AI (misalnya: DeepSeek), pasar Tiongkok terpukul oleh tekanan tarif. Kini, pemerintah fokus untuk:
• Meningkatkan pendapatan rumah tangga,
• Menstabilkan pasar properti dan saham,
• Membangun kembali kepercayaan publik.

Reformasi pasar oleh CSRC dan tren buyback saham mendukung pemulihan sentimen. Meskipun kontribusi ekspor terhadap PDB menurun (<20%) dan eksposur ke AS kecil (~2,4%), pertumbuhan jangka panjang tetap bergantung pada reformasi struktural dan penguatan konsumsi domestik.

ASEAN dan Negara-Negara Menonjol
Indonesia: Indeks JCI melonjak 16% pasca jeda tarif AS-Tiongkok. Konsumsi domestik, belanja pemerintah, dan kebijakan moneter yang akomodatif jadi pendorong. Namun, proyeksi pertumbuhan laba tahun 2025 dipangkas dari 9% menjadi 5%.

India: Aliran dana asing kembali masuk setelah sempat keluar. Diperkuat oleh harga minyak yang menurun, reformasi fiskal, dan insentif manufaktur (Make in India, PLI). Eksposur rendah terhadap ekspor ke AS (2,3% PDB) membuat India relatif aman dari disrupsi global.

Thailand: Terpapar oleh penurunan ekspor dan wisatawan (terutama dari Tiongkok). Sektor defensif seperti telekomunikasi, rumah sakit, dan barang konsumsi direkomendasikan.

Malaysia: Meskipun menghadapi tarif AS, permintaan domestik tetap kuat. Inflasi yang rendah dan likuiditas domestik yang besar memberikan ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter.

Singapura: Didukung oleh yield dividen tinggi (bank, REIT), stabilitas NIM, dan dorongan dari regulator pasar (MAS).

Pandangan Sektor dan Strategi Investasi
• Sektor Pertumbuhan: Teknologi, platform digital, AI, pariwisata, dan sektor siklikal yang undervalued.
• Pendekatan Pendapatan: Bank berkualitas dan REIT dengan imbal hasil stabil.

Perubahan Taktis:
Upgrade: Konsumsi Pokok (netral) karena dukungan konsumsi domestik.
Downgrade: Kesehatan (underweight) karena risiko dari proteksionisme AS.


Implikasi Investasi
Meski kondisi global penuh gejolak, Asia ex-japan tetap memiliki peluang re-rating valuasi karena:

  • Rasio ekspor terhadap PDB yang rendah,
  • Kuatnya perdagangan intraregional,
  • Likuiditas rumah tangga yang besar (misalnya, simpanan rumah tangga Tiongkok sebesar 20 triliun Dolar AS),
  • Rotasi investor global dari aset AS ke wilayah dengan prospek pertumbuhan lebih menarik.

Kesimpulan
Asia ex-japan tetap menjadi kawasan dengan daya tarik dan ketahanan tinggi di tengah ketidakpastian global. Negara-negara dengan ekosistem domestik yang kuat, kebijakan mendukung, dan populasi besar—seperti India dan Indonesia—diperkirakan memimpin pertumbuhan berikutnya.

Investor disarankan untuk mengadopsi strategi barbell: menggabungkan saham-saham pertumbuhan dan penghasil pendapatan, tetap selektif, dan siap beradaptasi terhadap dinamika ekonomi dan kebijakan global yang terus berubah.

 

Berikut beberapa produk yang dapat dipertimbangkan:

Reksa Dana Indeks

BNP Paribas Sri-Kehati

BNP Paribas IDX Growth 30

Reksa Dana Saham Kapitalisasi Besar

Eastspring Investment Value Discovery

Manulife Dana Saham

Ashmore Dana Ekuitas Nusantara

Batavia Dana Saham

Reksa Dana Offshore Sharia

Manulife Saham Syariah Asia Pasifik

Manulife Saham Syariah Golden Asia

BNP Paribas Greater China

Batavia India Sharia Equity

 

 

Siap mengambil keputusan?

Yakin mengambil keputusan dengan insight dan solusi khusus untuk Anda.

 

Segera raih peluang di Aplikasi DBS digibank.

 

Yakin mengambil keputusan dengan insight dan solusi khusus untuk Anda.

 

Temukan insightTemukan insight terkini yang dianalisis para pakar DBS.

 

 

DISCLAIMER

Publikasi ini didistribusikan oleh PT Bank DBS Indonesia (DBSI). DBSI berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Publikasi ini bukan merupakan bagian dari penawaran, rekomendasi, atau ajakan kepada Anda untuk membeli atau melakukan transaksi apa pun sebagaimana dijelaskan, juga tidak ditujukan untuk mengundang atau mengizinkan pembuatan penawaran kepada publik untuk membeli atau melakukan transaksi apa pun untuk mendapatkan uang tunai atau imbalan lainnya dan tidak boleh dipandang seperti demikian.

 

Topic

Explore more

Fund Insights
Sanggahan
 
PT Bank DBS Indonesia (“DBSI”) berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan, serta merupakan peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan. Informasi di dalam publikasi ini diterbitkan oleh DBSI. Informasi ini berlandaskan pada informasi yang diperoleh dari sumber yang diyakini dapat diandalkan, tetapi DBSI tidak membuat pernyataan atau jaminan, tersurat maupun tersirat, sehubungan dengan keakuratan, kelengkapan, aktualitas, atau kebenaran untuk tujuan tertentu. Pendapat yang diungkapkan dapat berubah tanpa pemberitahuan. Setiap rekomendasi yang terkandung di sini tidak berkaitan dengan tujuan investasi secara spesifik, situasi keuangan dan  kebutuhan khusus dari penerima tertentu. Informasi ini diterbitkan hanya untuk informasi penerima dan tidak akan diambil sebagai pengganti pelaksanaan penilaian oleh penerima yang harus mendapatkan nasihat hukum atau keuangan terpisah. DBSI atau individu yang terkait dengan DBSI tidak bertanggungjawab atas kerugian langsung, khusus, tidak langsung, konsekuensial, insidental, atau kehilangan atau kerugian lain apa pun yang timbul dari penggunaan informasi apa pun di sini (termasuk kesalahan, kelalaian atau kekeliruan pemberian pernyataan di sini, lalai atau lainnya) atau komunikasi lebih lanjut, bahkan jika DBSI atau orang lain telah diberitahu tentang kemungkinannya. Informasi di sini tidak dapat ditafsirkan sebagai penawaran atau permintaan penawaran untuk membeli atau menjual surat berharga, kontrak berjangka, opsi atau instrumen keuangan lainnya atau untuk memberikan saran atau layanan investasi. DBSI, direktur, pejabat, dan/atau karyawan dapat memiliki posisi atau kepentingan lain dan  dapat mempengaruhi transaksi dalam sekuritas/surat berharga yang disebutkan di sini dan juga dapat melakukan atau berupaya melakukan perantaan, investasi perbankan dan layanan perbankan atau keuangan lainnya untuk perusahaan-perusahaan ini. Informasi di sini tidak dimaksudkan untuk disebarluaskan kepada, atau digunakan oleh, orang atau badan mana pun di yurisdiksi atau negara mana pun dimana distribusi atau penggunaannya akan bertentangan dengan hukum atau peraturan. Sumber untuk semua grafik dan tabel adalah CEIC dan Bloomberg kecuali ditentukan lain.