Poin Utama:
Menavigasi Lanskap Perdagangan yang Berubah
Lonjakan tarif perdagangan global yang dipimpin oleh AS menciptakan badai ketidakpastian bagi Asia ex-japan (AxJ). Kebijakan ini menekan profitabilitas perusahaan dan kepercayaan konsumen, memicu pergerakan volatil investor.
Meskipun ada jeda tarif sementara antara AS dan Tiongkok selama 90 hari, ini hanya memberikan secercah harapan. Negara dengan pasar domestik besar dan ruang stimulus kebijakan seperti India dan Indonesia dinilai paling siap menghadapi tekanan eksternal. Negara-negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam perlu mempercepat reformasi dan pertumbuhan yang didorong konsumsi.
Tiongkok: Pemulihan dari Dalam Negeri
Setelah reli awal tahun karena optimisme AI (misalnya: DeepSeek), pasar Tiongkok terpukul oleh tekanan tarif. Kini, pemerintah fokus untuk:
• Meningkatkan pendapatan rumah tangga,
• Menstabilkan pasar properti dan saham,
• Membangun kembali kepercayaan publik.
Reformasi pasar oleh CSRC dan tren buyback saham mendukung pemulihan sentimen. Meskipun kontribusi ekspor terhadap PDB menurun (<20%) dan eksposur ke AS kecil (~2,4%), pertumbuhan jangka panjang tetap bergantung pada reformasi struktural dan penguatan konsumsi domestik.
ASEAN dan Negara-Negara Menonjol
Indonesia: Indeks JCI melonjak 16% pasca jeda tarif AS-Tiongkok. Konsumsi domestik, belanja pemerintah, dan kebijakan moneter yang akomodatif jadi pendorong. Namun, proyeksi pertumbuhan laba tahun 2025 dipangkas dari 9% menjadi 5%.
India: Aliran dana asing kembali masuk setelah sempat keluar. Diperkuat oleh harga minyak yang menurun, reformasi fiskal, dan insentif manufaktur (Make in India, PLI). Eksposur rendah terhadap ekspor ke AS (2,3% PDB) membuat India relatif aman dari disrupsi global.
Thailand: Terpapar oleh penurunan ekspor dan wisatawan (terutama dari Tiongkok). Sektor defensif seperti telekomunikasi, rumah sakit, dan barang konsumsi direkomendasikan.
Malaysia: Meskipun menghadapi tarif AS, permintaan domestik tetap kuat. Inflasi yang rendah dan likuiditas domestik yang besar memberikan ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter.
Singapura: Didukung oleh yield dividen tinggi (bank, REIT), stabilitas NIM, dan dorongan dari regulator pasar (MAS).
Pandangan Sektor dan Strategi Investasi
• Sektor Pertumbuhan: Teknologi, platform digital, AI, pariwisata, dan sektor siklikal yang undervalued.
• Pendekatan Pendapatan: Bank berkualitas dan REIT dengan imbal hasil stabil.
Perubahan Taktis:
• Upgrade: Konsumsi Pokok (netral) karena dukungan konsumsi domestik.
• Downgrade: Kesehatan (underweight) karena risiko dari proteksionisme AS.
Implikasi Investasi
Meski kondisi global penuh gejolak, Asia ex-japan tetap memiliki peluang re-rating valuasi karena:
Kesimpulan
Asia ex-japan tetap menjadi kawasan dengan daya tarik dan ketahanan tinggi di tengah ketidakpastian global. Negara-negara dengan ekosistem domestik yang kuat, kebijakan mendukung, dan populasi besar—seperti India dan Indonesia—diperkirakan memimpin pertumbuhan berikutnya.
Investor disarankan untuk mengadopsi strategi barbell: menggabungkan saham-saham pertumbuhan dan penghasil pendapatan, tetap selektif, dan siap beradaptasi terhadap dinamika ekonomi dan kebijakan global yang terus berubah.
Berikut beberapa produk yang dapat dipertimbangkan:
Reksa Dana Indeks | BNP Paribas Sri-Kehati |
BNP Paribas IDX Growth 30 | |
Reksa Dana Saham Kapitalisasi Besar | Eastspring Investment Value Discovery |
Manulife Dana Saham | |
Ashmore Dana Ekuitas Nusantara | |
Batavia Dana Saham | |
Reksa Dana Offshore Sharia | Manulife Saham Syariah Asia Pasifik |
Manulife Saham Syariah Golden Asia | |
BNP Paribas Greater China | |
Batavia India Sharia Equity |
Siap mengambil keputusan?
Yakin mengambil keputusan dengan insight dan solusi khusus untuk Anda.
Segera raih peluang di Aplikasi DBS digibank.
Yakin mengambil keputusan dengan insight dan solusi khusus untuk Anda.
Temukan insightTemukan insight terkini yang dianalisis para pakar DBS.
DISCLAIMER
Publikasi ini didistribusikan oleh PT Bank DBS Indonesia (DBSI). DBSI berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Publikasi ini bukan merupakan bagian dari penawaran, rekomendasi, atau ajakan kepada Anda untuk membeli atau melakukan transaksi apa pun sebagaimana dijelaskan, juga tidak ditujukan untuk mengundang atau mengizinkan pembuatan penawaran kepada publik untuk membeli atau melakukan transaksi apa pun untuk mendapatkan uang tunai atau imbalan lainnya dan tidak boleh dipandang seperti demikian.