Tips Jitu Pilih Reksa Dana Buat Pemula
05 Jul 2021

Tips Jitu Pilih Reksa Dana Buat Pemula

Investasi reksa dana kian diminati oleh masyarakat saat ini. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia, jumlah investor reksa dana mencapai 4,4 juta orang per April 2021 atau meningkat 38 persen dibandingkan dengan akhir 2020.

Tingginya minat investasi masyarakat di reksa dana itu juga diikuti dengan banyaknya produk reksa dana yang tersedia. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan per Juni 2021, ada lebih dari 2.400 produk reksa dana.

Wah, banyak sekali, ya!

Bagaimana cara memilih produk investasi reksa dana dari 2.400 pilihan produk yang ditawarkan oleh manajer investasi? Jangan khawatir, ada tips dan trik untuk memilih produk reksa dana yang akan diulas khusus di sini!

Tapi sebelum tahu lebih banyak, kamu harus tahu juga jika di digibank Reksa Dana sudah ada kategori-kategori yang memudahkan kamu untuk memilih Reksa Dana seperti: Kategori berkinerja terbaik, terpopuler & scoring terbaik. Untuk tahu lengkapnya kamu baca artikel ini hingga selesai ya.

Mengenal Jenis Reksa Dana

Sebelum memilih reksa dana, kita perlu mengenal jenis produk investasi ini. Pada umumnya, ada empat jenis reksa dana yang paling populer di Indonesia yaitu:

  1. Reksa dana pasar uang,
  2. Reksa dana saham,
  3. Reksa dana campuran,
  4. Reksa dana pendapatan tetap.

Tipe-tipe reksa dana itu dibedakan berdasarkan instrumen investasi yang dipilih menjadi basis dalam pengelolaan reksa dana tersebut. Atau bahasa kerennya underlying assets-nya.

Pertama, reksa dana pasar uang adalah reksa dana yang dananya ditempatkan di sarana investasi pasar uang seperti Sertifikat Bank Indonesia, deposito sampai obligasi dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.

Kedua, reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang sebagian besar dananya ditempatkan di obligasi atau sukuk (syariah). Reksa dana ini disebut pendapatan tetap karena obligasi dan sukuk memberikan keuntungan kepada investor berupa kupon atau imbalan secara berkala.

Ketiga, reksa dana campuran adalah reksa dana yang dananya ditempatkan di berbagai sarana investasi, mulai dari pasar uang, surat utang dan saham. Porsi investasi di setiap instrumen tersebut bervariasi sesuai kebijakan dari masing-masing manajer investasi.

Keempat, reksa dana saham adalah reksa dana yang sebagian besar dananya ditempatkan di sarana investasi saham dan sebagian kecil ditempatkan di sarana investasi pasar uang atau surat utang.

Lalu bagaimana cara memilih reksa dana? Nah, ada sejumlah yang perlu diketahui sebelum mengambil keputusan investasi.

Sesuaikan Tujuan Keuangan  

Pada dasarnya, investasi adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan keuangan, contohnya: mengumpulkan dana darurat, dana liburan hingga uang muka rumah. Tujuan itu terbagi berdasarkan jangka waktunya, ada yang jangka pendek (kurang dari setahun), jangka menengah (1-3 tahun) atau jangka panjang (3-5 tahun).

Nah, pemilihan reksa dana juga bisa disesuaikan dengan tujuan keuangan tersebut. Setiap jenis reksa dana (pasar uang, saham, campuran, pendapatan tetap) memiliki jangka waktu investasi yang berbeda sesuai karakter sarana investasi yang dipilih.

Rule of thumb-nya, semakin panjang durasi tujuan keuangan maka instrumen yang kita pilih harus menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi.

Pasar uang, misalnya, biasanya direkomendasikan untuk investor dengan horison investasi jangka pendek atau kurang dari setahun. Misalnya, investor berencana mengumpulkan dana liburan atau mengumpulkan dana darurat. Maka reksa dana pasar uang menjadi instrumen yang sesuai.

Sebaliknya, pasar saham biasanya disarankan untuk investor dengan horison investasi dengan jangka waktu yang lebih panjang yaitu di atas 5 tahun. Misalnya, investor hendak mengumpulkan uang untuk membeli rumah atau mempersiapkan dana pensiun, maka dia bisa menggunakan reksa dana saham untuk mencapai tujuan tersebut.

Standar Deviasi

Pada dasarnya, investasi ibarat koin yang memiliki dua sisi yang tidak terpisahkan yaitu keuntungan dan risiko. Selain dapat memberikan keuntungan, investasi juga memiliki risiko di dalamnya.

Oleh karena itu, investor sebaiknya tidak hanya memikirkan mengenai potensi keuntungan namun juga potensi kerugian yang tercermin dari risikonya. Salah satu risiko yang perlu diamati oleh investor adalah risiko pasar.

Risiko pasar merupakan risiko berubahnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) suatu reksa dana akibat informasi yang mempengaruhi aset yang mendasari reksa dana tersebut, misalnya saham atau obligasi. Risiko pasar merupakan sesuatu yang tak terelakkan.

Secara teori, semakin tinggi potensi keuntungan maka semakin tinggi pula risikonya, begitupula sebaliknya. Sebagai contoh, potensi keuntungan reksa dana saham lebih tinggi daripada reksa dana pasar uang, begitupula risiko yang menyertainya.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur risiko adalah standar deviasi. Dalam ilmu statistika, deviasi adalah penyimpangan dari rata-rata. Dalam konteks reksa dana, rata-rata yang dimaksud adalah rata-rata kinerja reksa dana tersebut.

Semakin tinggi standar deviasi reksa dana tersebut maka semakin besar pula risikonya. Apabila rata-rata kinerja dianggap menggambarkan proyeksi kinerja reksa dana tersebut maka investor berpotensi mendapatkan hasil yang jauh menyimpang dari rata-rata tersebut.

Tapi dalam praktiknya, indikator standar deviasi dapat digunakan untuk memilih. Misalnya, ada dua produk yaitu reksa dana A dan B. Standar deviasi reksa dana A sebesar 0,008 dan reksa dana B 0,004.

Artinya, risiko reksa dana A lebih besar daripada reksa dana B, begitupula dengan potensi keuntungannya. Reksa dana mana yang dipilih tentunya perlu disesuaikan dengan tujuan keuangan serta profil risiko investor tersebut.

Beta  

Beta juga perlu dikenali oleh investor reksa dana. Pada dasarnya, beta adalah sensitivitas pergerakan kinerja reksa dana terhadap perubahan acuan indeks pasar. Beta dapat digunakan untuk mengamati pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap reksa dana saham.

Sebagai contoh, suatu reksa dana memiliki beta 0,51. Jika IHSG naik 1 persen maka harga reksa dana itu akan naik sebesar 0,51 persen, begitupula sebaliknya jika IHSG itu turun sebesar 1 persen maka harga reksa dana itu turun 0,51 persen.

Nilai beta kurang dari 1 menandakan pengaruh pergerakan indeks relatif rendah terhadap pergerakan kinerja reksa dana. Sebaliknya, nilai beta lebih dari 1 menunjukkan pengaruh pergerakan indeks relatif lebih tinggi.

Secara teori, semakin tinggi beta maka semakin tinggi pula risiko reksa dana tersebut. Semakin tinggi risiko, potensi keuntungan dari reksa dana juga semakin tinggi. Parameter beta ini dapat digunakan untuk memilih reksa dana.

Alpha

Ratio alpha harus dipahami pula bagi calon investor reksa dana. Sederhananya, alpha ialah keuntungan (return) reksa dana yang angkanya melebihi pasaran (market return—bisa dilihat di IHSG). Jadi, semakin tinggi angka alpha reksa dana, maka mengindikasikan bahwa reksa dana tersebut layak dibeli. 

Oleh karena itu, yang perlu diingat ialah sebelum menentukan investasi reksa dana, si calon pemodal terlebih dahulu mengetahui besaran angka market return. Kemudian, si calon pemodal menetapkan angka minimal keuntungan (minimum rate of return)-nya sebagai acuan untuk manajer investasi dalam memperoleh hasil yang diinginkan (expected return).      

Sebagai contoh, suatu reksa dana menghasilkan return sebanyak 25%, padahal return pasaran (market return)-nya hanya sebesar 15% dalam setahun. Maka, reksa dana tersebut patut dibeli, karena memiliki angka alpha sebanyak 10% melebihi market returnnya.          

Sharpe Ratio

Sharpe ratio adalah salah satu metode yang digunakan untuk menilai kinerja reksa dana. Secara sederhana, sharpe ratio menjelaskan seberapa banyak keuntungan tambahan (excess return) yang bisa diperoleh dari memiliki sarana investasi yang lebih berisiko.

Apa maksudnya?

Di sejumlah negara, termasuk Indonesia, ada sarana investasi yang disebut sebagai risk-free asset atau aset bebas risiko. Maksudnya, seorang investor bisa mendapatkan keuntungan tanpa harus menanggung risiko yang besar.

Risk-free asset itu bisa ditemukan dalam obligasi pemerintah seperti Surat Berharga Negara (SBN) yang memiliki risiko rendah karena dijamin oleh pemerintah. Oleh karena itu, ketika berinvestasi di sarana investasi yang lebih berisiko seperti reksa dana, ada kompensasi keuntungan tambahan yang diidamkan oleh investor.

Formula sharpe ratio adalah rata-rata persentase keuntungan reksa dana dikurangi persentase keuntungan aset bebas risiko dibagi standar deviasi reksa dana tersebut. Sharpe ratio bisa digunakan untuk membandingkan dua atau lebih produk reksa dana.

Misalnya, ada reksa dana X dan reksa dana Y. Apabila sharpe ratio reksa dana X sebesar 1,3 maka setiap 1 persen risiko yang ditanggung investor memberikan excess return sebesar 1,3 persen.

Sementara itu, sharpe ratio reksa dana Y sebesar 1,2 maka setiap 1 persen risiko yang ditanggung investor memberikan excess return sebesar 1,2 persen. Reksa dana X lebih menarik daripada reksa dana Y karena menghasilkan excess return yang lebih tinggi untuk risiko yang mirip.

Download Now Buat yang belum memiliki Aplikasi digibank by DBS