Bagaimana Ekonomi Makro Berpengaruh ke Reksa Dana?
05 Jul 2021

Bagaimana Ekonomi Makro Berpengaruh ke Reksa Dana?

Suka bingung nggak, kenapa harga reksa dana bisa berfluktuasi ketika ada berita tertentu? Dan peristiwa apa saja yang biasanya mempengaruhi harga pasar sebuah reksa dana?

Kita mulai dari awal.

Sebagai sarana investasi, harga reksa dana bisa naik atau turun. Kenaikan harga reksa dana akan memberikan keuntungan kepada investornya, sebaliknya jika turun akan menghasilkan kerugian (unrealized).

Bagaimana harga reksa dana bisa berubah naik atau turun? Faktor-faktor penting apa saja yang mempengaruhi harga reksa dana? Mengapa faktor ini penting untuk diperhatikan?

Pada dasarnya, ada sejumlah faktor penting yang mempengaruhi pergerakan harga reksa dana. Salah satu faktor itu adalah kondisi ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan suku bunga acuan.

Kondisi ekonomi makro itu dapat berpengaruh terhadap aset yang dikelola di dalam reksa dana itu seperti deposito, saham, obligasi dan sebagainya. Kondisi ekonomi makro itu dapat berubah setiap saat atau tidak statis.

Oleh karena itu, investor perlu mengamati perubahan ekonomi makro itu sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan investasi serta pemilihan jenis reksa dana (campuran, saham, pendapatan tetap atau pasar uang).

Suku Bunga Acuan

Suku bunga acuan adalah konsep penting yang perlu dipahami oleh investor reksa dana. Di Indonesia, data suku bunga acuan dirilis oleh Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate (BI 7 DRR) setiap bulan. Di Amerika Serikat, suku bunga acuan disebut sebagai Fed Fund Rate.

Suku bunga acuan merupakan bagian dari kebijakan moneter yang berfungsi memelihara stabilitas mata uang. Suku bunga acuan bukan kebijakan fiskal yang dirancang pemerintah untuk mencapai target-target ekonomi suatu negara.

Suku bunga acuan menjadi referensi atau acuan bagi bank dalam menetapkan suku bunga pinjaman serta suku bunga simpanan (tabungan atau deposito). Misalnya, ketika suku bunga acuan dinaikkan oleh bank sentral maka suku bunga deposito juga akan dinaikkan oleh bank.

Dari sudut pandang pemilik dana atau investor, peningkatan suku bunga itu akan menguntungkannya karena akan mendapatkan keuntungan berupa bunga yang lebih besar.

Dari sudut pandang peminjam dana dari bank atau debitur, kenaikan suku bunga akan menambah beban berupa uang yang harus dibayar kepada bank atas konsekuensi meminjam dana.

Menurut teori, saat suku bunga dinaikkan oleh bank sentral, masyarakat akan cenderung menyimpan dananya di bank dengan harapan mendapatkan bunga yang lebih tinggi. Akibatnya, permintaan barang dan jasa akan cenderung turun karena masyarakat menyimpan dananya di bank.

Penurunan permintaan barang dan jasa akan mengurangi tekanan inflasi atau kenaikan harga-harga barang dan jasa di pasar. Pengendalian inflasi adalah salah satu tujuan penetapan suku bunga acuan oleh bank sentral.

Lantas, apa hubungannya dengan investasi reksa dana?

Sebagai pengingat, dua jenis reksa dana antara lain reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana campuran. Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang sebagian besar dananya ditempatkan di obligasi, sedangkan reksa dana campuran sebagian dananya juga ditempatkan di obligasi.

Dengan demikian, perubahan harga obligasi itu akan mempengaruhi kinerja reksa dana campuran dan reksa dana pendapatan tetap. Dalam teori investasi dikenal hubungan terbalik antara harga obligasi dan suku bunga.

Hubungan keduanya seperti papan jungkat-jungkit dimana ketika satu sisi terangkat maka sisi lainnya akan turun.

Dengan kata lain, saat suku bunga acuan turun maka harga obligasi naik, begitupula sebaliknya. Harga obligasi itu naik karena obligasi itu menjadi lebih menarik daripada obligasi baru yang kemungkinan diterbitkan dengan bunga atau kupon lebih rendah.

Perubahan harga obligasi itu akan berpengaruh terhadap harga (Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan) reksa dana tersebut. Sebagai contoh, ketika suku bunga acuan diturunkan oleh bank sentral maka harga obligasi akan naik. Peningkatan harga obligasi itu pada akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan harga reksa dana.

Selain reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana campuran, perubahan suku bunga juga berpengaruh terhadap reksa dana pasar uang. Seperti diketahui, reksa dana pasar uang adalah reksa dana yang sebagian besar dananya ditempatkan di aset seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia hingga obligasi dengan jatuh tempo kurang dari setahun.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, perubahan suku bunga acuan akan diikuti perubahan suku bunga simpanan seperti deposito. Dengan kata lain, jika suku bunga acuan turun, persentase keuntungan dari reksa dana pasar uang juga akan ikut turun.

Inflasi

Dalam pengertian sederhananya, inflasi adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode waktu tertentu. Inflasi hampir pasti terjadi setiap tahun dalam sebuah negara yang ekonominya berkembang.

Salah satu contoh simpel inflasi adalah peningkatan harga sebotol air mineral. Pada 10 tahun lalu, harga sebotol air mineral adalah Rp500. Pada saat ini, harga sebotol air mineral yang sama bisa mencapai Rp2.500. Artinya, ada kenaikan harga sebotol air mineral secara berkelanjutan dari waktu ke waktu.

Inflasi mencakup peningkatan harga barang dan jasa secara umum, bukan hanya air mineral. Data inflasi itu diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) secara berkala.

Inflasi dapat terjadi disebabkan tiga faktor yaitu penawaran, permintaan dan ekspektasi. Dalam faktor permintaan, inflasi dapat terjadi ketika permintaan melebihi pasokan barang yang ada.

Dalam faktor penawaran, inflasi dapat terjadi karena faktor, mulai dari peningkatan harga komoditas yang diatur pemerintah sampai masalah distribusi akibat bencana alam.

Bank sentral berupaya mengendalikan inflasi supaya tidak terlalu tinggi. Otoritas moneter berupaya supaya inflasi menjadi stabil dan rendah supaya peningkatan harga barang dan jasa tidak membebani masyarakat.

Inflasi adalah satu kondisi ekonomi makro yang menjadi salah satu pertimbangan bank sentral dalam penetapan suku bunga acuan. Ketika inflasi naik terlalu tinggi, bank sentral akan cenderung menaikkan suku bunga acuan supaya masyarakat lebih memilih menyimpan dananya di bank daripada membelanjakannya.

Sebaliknya, ketika inflasi turun terlalu rendah, bank sentral akan cenderung menurunkan suku bunga acuan supaya masyarakat terdorong meminjam dana dari bank. Dana itu diharapkan akan dipakai untuk konsumsi atau menjalankan kegiatan perniagaan supaya kegiatan ekonomi bergairah lagi.

Singkat kata, inflasi dan suku bunga adalah dua konsep yang saling berkaitan dengan pergerakan yang cenderung searah. Dengan kata lain, inflasi akan bergerak ke arah yang berlawanan dengan harga obligasi, begitupula sebaliknya.

Peningkatan inflasi, misalnya, dikhawatirkan dapat menggerogoti pendapatan masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh dari bunga obligasi. Secara teori, harga obligasi akan turun ketika inflasi naik karena imbal hasil obligasi itu dikhawatirkan tergerus inflasi. Ujungnya, harga reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana campuran juga akan cenderung mengalami penurunan.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produksi barang dan jasa dibandingkan dengan periode waktu sebelumnya. Indikator yang dipakai untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah Produk Domestik Bruto.

PDB adalah nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi suatu negara dalam periode waktu tertentu. Jika PDB di tahun ini lebih besar daripada tahun sebelumnya maka ekonomi negara tersebut mengalami pertumbuhan.

Data pertumbuhan ekonomi biasanya dirilis oleh otoritas resmi.

Di Indonesia, otoritas itu adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Kendati demikian, berbagai pihak seperti pemerintah, bank sentral atau lembaga non-pemerintah biasanya juga menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya.

Data serta proyeksi pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan referensi oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi reksa dana. Hubungan antara investasi reksa dana dan pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan dalam suatu ilustrasi berikut.

Pada tahun X, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 5% setelah tahun sebelumnya tumbuh 4,5%. Data historis dan proyeksi pertumbuhan ekonomi itu menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia sedang berada dalam tren peningkatan.

Ketika ekonomi sebuah negara tumbuh, maka kinerja perusahaan-perusahaan di dalam bursa juga akan mengalami perbaikan, yang pada akhirnya akan mengerek laba dan harga saham mereka di bursa.

Reksa dana saham atau reksa dana campuran yang mengoleksi saham perusahaan properti akan mengalami peningkatan harga. Peningkatan itu berarti potensi keuntungan yang dikantongi oleh investor reksa dana.

Pentingnya Data Ekonomi Makro

Mengingat pentingnya berbagai data ekonomi makro terhadap harga reksa dana maka investor reksa dana perlu memperhatikan secara berkala mengenai data-data tersebut melalui berbagai publikasi, termasuk media massa.

Berdasarkan data-data tersebut, investor juga dapat mengubah keputusan investasinya. Sebagai contoh, seorang investor memperkirakan bahwa pasar saham akan bergejolak pada tahun depan karena kondisi ekonomi diproyeksikan mengalami resesi.

Untuk menghindari potensi kerugian, investor itu dapat mengalihkan dananya dari reksa dana saham ke reksa dana pasar uang. Menariknya, proses pengalihan (switch) serta proses jual dan beli reksa dana dapat dilakukan melalui 1 aplikasi yaitu digibank by DBS. Semua proses itu 100% dilakukan secara digital. Dengan aplikasi ini, investor akan lebih mudah memilih kategori reksa dana yang berkinerja terbaik, terpopuler dan scoring terbaik.

Artinya, investor semakin mudah menyaring reksa dana terbaik untuk portofoliomu. Aplikasi ini juga memungkinkan investor untuk membeli reksa dana secara berkala yang flexible. Menarik, kan? Segera investasi dan download aplikasi digibank by DBS di AppStore dan Google PlayStore!



Download Now Buat yang belum memiliki Aplikasi digibank by DBS