2Q19 DBS Asian Insights

Darmin Nasution

Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia


Di tengah ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukan tren meningkat dengan kualitas yang semakin membaik sebagaimana tercermin dari inflasi yang rendah, menurunnya tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran dan rasio gini. Pelemahan ekonomi dunia mengakibatkan neraca perdagangan pada tahun 2018 mengalami defisit sebesar 8,5 miliar USD. Dan berlanjut Januari sampai dengan Mei 2019 defisit 2,14 miliar USD. Sementara pada Mei 2019 menunjukan surplus 0,21 miliar USD.


Kinerja ekspor pada 2019 (Januari-Mei) mengalami penurunan sebesar 8.61 % ytd sementara impor menurun sebesar 9,23 % ytd. Untuk peringkat daya saing Indonesia meningkat ke urutan 32. Ini merupakan peningkatan terbesar di Kawasan Asia Pasifik. Kenaikan terjadi berkat peningkatan efisiensi di sektor pemerintahan serta peningkatan infrastruktur dan kondisi bisnis.


Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas maka kebijakan pemerintah dilakukan dengan mendorong investasi dan eskpor dengan strategi kebijakan perbaikan iklim usaha. Kemudian dalam jangka panjang dan menengah melakukan transformasi ekonomi dengan memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun. Pertumbuhan ekonomi pasca pemilu diperkirakan meningkat 5,3% pada tahun 2019 dan 5,3% - 5,6% pada tahun 2020. Untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi (5,3-5,6%), PMTB perlu tumbuh dalam kisaran 7,0%-7,4%.

Yunarto Wijaya

Direktur Eksekutif Charta Politika


Kondisi politik saat ini tidak mempengaruhi pergerakan pasar modal. Yang perlu di cermati adalah langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah saat ini untuk 5 tahun kedepan. Pemilihan Menteri patut dicermati karena partai pendukung incumbent di 2019 ini mencapai 60% dibandingkan 30% pada pemilu tahun 2014, artinya lebih banyak partai yang memiliki kepentingan untuk mendapatkan posisi strategis di pemerintahan.


Pemerintahan Pak Jokowi menjadi lebih menantang karena menghadapi kondisi psikologis dimana lima tahun kedepan sudah tidak memiliki kesempatan untuk mencalonkan diri kembali. Sehingga kerja pemerintah harus benar-benar fokus kepada pembangunan sampai 2024 nanti. Menurut survey Nasional 20 Mei – 1 Juni 2019 dari lembaga survei Saifulmujani menyebutkan bahwa sebelum dan sesudah pemilu dan setelah 21-22 Mei, ada penurunan signifikan sebesar 7%.

Faisal Basri

Ekonom Indonesia


Potensi pelemahan ekonomi dunia turut dirasakan dari dalam negeri dengan dirilisnya berbagai data yang menunjukkan penurunan seperti defisit neraca berjalan yang melebar dan pelemahan mata uang. Menurut beliau kondisi dunia terkait perang dagang harus segera diselesaikan. Salah satu sektor yang harus di dorong oleh pemerintah adalah sektor jasa (pariwisata khususnya) dimana perannya sudah mencapai 60 persen sampai saat ini. Menurut IMF dampak perang dagang akan mengakibatkan pertumbuhan PDB China tahun ini sebesar 1,6 percentage points. Tahun 2018 pertumbuhan ekonomi China 6,6 %. Jika terbukti, perekonomian China mengalami hard landing.


Penyebab utama penurunan cadangan devisa Mei 2019 yaitu pembayaran utang luar negeri pemerintah dan penempatan valas perbankan di Bank Indonesia berkurang. Penopang utama kenaikan cadangan devisa sejak Oktober 2018 antara lain penerbitan obligasi global pemerintah, penerbitan SUKUK global pemerintah, penarikan utang luar negeri pemerintah, penerimaan devisa migas juga menguras devisa karena impor jauh lebih besar dari ekspor. Pilihan investasi per sektor atau subsektor yang pertama adalah sektor jasa akan semakin menjadi motor pertumbuhan yang konsisten tumbuh tinggi selama 2011-2018 antara lain informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, transportasi dan pergudangan, kesehatan dan kegiatan sosial, keuangan dan asuransi, pendidikan. Kedua yaitu industri manufaktur yang masih cukup menjanjikan antara lain industri makanan dan minuman, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional atau herbal.

Ari Pitojo

Chief Investment Officer Eastpring Investment Indonesia


Faktor pelemahan ekonomi dunia saat ini menyebabkan terjadinya trade war, katalis positif terkait fundamental data tetap menopang potensi pasar modal meski kita tetap harus mencermati proses penyelesaian trade war antara China dengan Amerika. Ditambah ada potensi pada pasar pendapatan tetap dimana The Fed berpotensi menurunkan suku bunga tahun ini dan tahun depan.


Ada beberapa faktor terjadinya trade war antara lain masih berlangsungnya trade war antara China dengan Amerika, moderasi pertumbuhan global, pembuat kebijakan. Ekonomi China menembus angka 0.9% karena trade war. China telah berjanji untuk memotong pajak dan meningkatkan pengeluaran karena berjuang melawan perlambatan ekonomi. Fundamental ekonomi Indonesia akan tetap solid di 2019. Fundamental ekonomi sehat menjadi pelindung di tengah gejolak global. Ada beberapa faktor domestik utama antara lain stabilitas politik, pertumbuhan GDP yang stabil, tekanan keseimbangan dari eksternal.