DBS Treasures Indonesia - Weekly Insight - Week 1 Apr 2022
05 Apr 2022

Weekly Insight - Week 1 Apr 2022

Key Points

  • FX: DXY bergerak direntang 97.7 dan 99.4; EUR tertekan akibat risiko stagflasi di Jerman.

  • Rates: Data tenaga kerja yang positif mendorong kenaikan yield 2Y; ke level lebih tinggi dari yield tenor yang lebih panjang (10Y ke atas).

FX: Tough balancing acts

DXY bergerak di rentang 97.7 dan 99.4. Pekan lalu, kurva US Treasury yield (atau selisih antara 10Y-2Y) berada di level negative untuk yang pertama sejak September 2019. Fed mengindikasikan risiko resesi Amerika yang masih minim seiring data tenaga kerja Jumat lalu yang positif namun tetap menilai ketidakpastian pada prospek ekonomi. Federal Reserve dinilai akan menegaskan kembali target untuk mengembalikan suku bunga acuan ke level netral di kisaran 2% hingga 2.5% secara terukur dan metodikal. Meski demikian, skala kenaikan suku bunga yang lebih besar di 50 bps akan dipertimbangkan pada rapat moneter Federal Open Market Committee di 4 Mei jika inflasi di Maret masih memberikan tekanan.

EUR tertekan seiring risiko stagflasi di Jerman. Yield obligasi EU turun pada pekan lalu meskipun kenaikan inflasi Jerman ke level 7.3% y/y di Maret dari 5.1% di Februari. Fokus pasar berada pada penurunan estimasi perumbuhan ekonomi Jerman di 2022 ke 1.8% dari estimasi 4.8% di November oleh penasehat independen pemerintah Jerman. GfK consumer confidence index turun dari -8.5 di Maret ke -15.5 di April, merupakan yang terlemah sejak Februari 2021. Pemerintah Jerman juga telah menerapkan langkah darurat untuk pasokan gas untuk merespon tekanan harga. 40% dari total impor gas Jerman berasal dari Rusia dimana pihak Rusia meminta pembayaran menggunakan mata uang rubel. European Central Bank (ECB) diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter pada rapat 14 April nanti. ECB dinilai perlu memperjelas jadwalnya apakah akan menghentikan program pembelian aset pada rapat moneter 9 Juni. Penurunan pada Sentix Investor Confidence index di April (-9.4 konsensus vs -7.0 bulan sebelumnya) yang akan dilaporkan dapat mendorong spekulasi untuk mengurangi posisi long pada EUR. Jika ini terjadi, EUR dapat mengarah ke area bawah dari rentang pergerakan 1.08-1.12 di Maret.

GBP mengarah ke sekitar 1.30 setelah gagal naik di atas 1.32. Berdasarkan data CFTC, spekulator melakukan akumulasi posisi short GBP seiring The Fed yang hawkish. Spekulator juga mengurangi posisi long GBP seiring potensi Bank of England yang lebih dovish. Regulator menilai inflasi yang tinggi telah menjadi tekanan pada harga kebutuhan pokok dan mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Office for Budget Responsibility menurunkan estimasi pertumbuhan 2022 menjadi 3.8% dari 6%. Selain itu, ekspor UK ke EU pasca Brexit yang melemah membuat trade deficit melebar ke rekor GBP16.2 miliar di Januari vs GBP5.2 miliar di Januari 2021.

Pelemahan JPY tertahan di 125 per USD. Bank of Japan melakukan pembelian tidak terbatas dan menahan yield obligasi pemerintah Jepang 10Y di 0.25%, batas atas rentang pergerakan yield. Searah dengan hal ini, USD/JPY menyentuh 125 di 28 Maret dan turun ke 122.50 seiring intervensi verbal. Meski demikian, Pelaku pasar yang melihat tren pelemahan JPY terus melakukan pembelian USD/JPY setiap berada di bawah level 121.50, seiring ekspektasi otoritas tidak akan melakukan intervensi langsung. Namun, USD/JPY tetap tidak berhasil bergerak ke atas level 125 secara berkelanjutkan sejak pertengahan tahun 2002.

Figure 1: Under pressure

Figure 1: Under pressure

Rates: On track for Jumbo hikes

Kekhawatiran pasar terhadap pelemahan ekonomi Amerika kurang berdasar. Data tenaga kerja pekan lalu tetap di tren positif. Nonfarm payrolls bertambah 431,000. Meskipun tidak setinggi estimasi konsensus namun terdapat revisi kenaikan sebesar 95,000 dalam dua bulan terakhir. Fokus pasar cenderung mengarah pada penurunan tingkat pengangguran ke level 3.6% sedangkan rata-rata tingkat upah per jam naik 5.6% y/y, menegaskan kondisi pasar tenaga kerja yang cukup ketat. US Treasuries merespon dengan kenaikan yield pada tenor pendek seiring pasar mengekspektasikan kenaikan suku bunga berskala besar 50 bps pada rapat moneter kedepan.

Dampak terhadap tenor Panjang cenderung minim, dengan spread 2Y/10Y saat ini telah inverted sekitar 8 bps. Kurva yang Flat/inverted tidak terhindarkan, dimana yield jangka Panjang (10Y ke atas) seharusnya tidak serendah ini, baik secara relative atau absolut. Meski demikian, masih terdapat pesimisme terhadap pertumbuhan dan mungkin adanya rebalancing (mendorong pergerakan obligasi) setelah kinerja kuartalan yang buruk dari pasar obligasi. Terdapat potensi fluktuasi pada durasi seiring Fed minutes yang akan disampikan di 7 April dini hari. The Fed mengkomunikasikan kenaikan 50 bps dapat dilakukan. Meski demikian masih belum ada detail lebih lanjut terkait bagaimana Fed akan mengurangi skala neracanya. Jika terdapat indikasi jadwal pengurangan yang lebih agresif atau The Fed terbukan untuk melakukan penjualan langsung (terutama mortgage-backed securities), risiko terhadap durasi dapat meningkat. Yield 10Y di sekitar 2.30% merupakan pay level yang baik.

Figure 2: Inversion

Figure 2: Inversion